Rabu, 19 Mei 2010

Sungai ini akan meluap

Seorang Kakek tua yang berselimut baju seerba putih itu, setiap sebelum sholat maghrib selalu ditepi sungai. Beliau selalu memandangi setiap lekuk air dengan sorot mata yang tajam dan begitu dalam.

Tak seorang pun berani mendekatinya, san keberadaanya disitu pun tidak terlalu lama, kira-kira seminggu yang lalu. Beliau bertempat tinggal di Masjid Al-Hidayah yang berdekatan dengan sungai yang mengalir itu. Wajahnya selalu berseri di selimuti bias bias cahaya, beliau selalu sholat dalam kekhusukan dan seolah olah bagaikan seorang sufi. Tapi kebiasaanya yang selalu memandangi sungai itu banyak membuat orang heran dan penasaran, bahkan tak jarang kakek tua itu menghabiskan waktunya di sekitar sungai Kali deres itu, setiap hari rasa penasaranku semakin bertambah, maka suatu hari aku beranikan diri untuk mendekatinya, sekarang tepat pada jam 05.30 WIB terlihat kakek itu berdiri ditepi sungai, seperti hari-hari sebelumnya.

„Assalamualaikum kek“

„Waalaikum Salam“

„Maaf Kek, saya menggangu ya kek?“tanyaku dengan kikuk

„Ah tidak“jawab kakek dengan senyum yang ramah.

„maaf kek, dari kemarin kakek ssaya perhatiin kook selalu

menyendiri ditepi sungai ini kek?“tanyaku dengan senyum dan menggaruk garuk rambutku yang tidak gatal.

„hehehehe“tawa Kakek itu dengan suara lembut seraya memalingkan lagi wajahnya ke sungai yang berada didepan kami.

Kakek itu diam dan suasana menjadi hening tapi tak lama kemudian kakek itu berkata.

„Kamu anak yang jujur dan selalu berkata terang terangan“jawab kakek dengan wajah yang selalu tersenyum, tapi tetap berwibawa.

„ah, terimakasih kek“jawabku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal, serta kepala yang clingukan.

„kamu lugu dan srengengehan, tapi hatimu sungguh dalam.“

„Ah, kakek ,saya ini orangnya gak terlalu pinter kok kek“

„Kakek tidak mengatakan kamu pintar, tapi kadang kala kamu mengerti“

„ngeeeee....masih gak ngerti tu kek“

„Perhatikan kakek!“kata kakek sambil memegang kedua pundakku.“Orang bodoh makanannya orang pintar, tapi orang pintar makanannya orang mengerti.“kata kakek dengan senyum.

"Ooooh, oh ya kek bolehkah saya bertanya?“

"Dari tadikan kamu sudah bertanya!“jawab kakek dengan rama

"Eh, itu kek, dari tadi saya perhatiin di balik senyum kakek ada kesedian yang begitu mendalam, apa benar kek dugaan saya“tanyaku dengan malu malu

"Baiklah, sekarang mendekatlah kamu di samping kakek“dan seketika itu kakek yang ramah itu memegang tanganku dan mengajakku menuju Masjid Al-Hidayah.“Ayo Kita KeMasjid dulu waktu hambir mendekati Maghrib!

"Oh ya mari kek, Mari“

Dalam perjalanan menuju Masjid Al-Hidayah kami saling bertanya

"oh ya kek, padahal kakekan orangnya begitu rama dan murah senyum, tapi mengapa orang-orang disekitar segan dan agak canggung untuk menegur kakek?“

“sebetulnya banyak yang

Menegur kakek, dan banyak juga yang menyapa kakek. Cuman kamu saja yang tidak tau nak. Oh iya nama kamu siapa nak?”

“Arif kek, Arifudin rahmatullah”

“baiklah nak Arif, sebaiknya kita mengambil air wudlu dulu, sebentar lagi sudah adzan.”kata kakek

“Baik kek.”jawabku.

Suara adzan ber kumandang, menyeru kepada semua umat muslim untuk melak sanakan kewajibannya, dan terdengar pula suara-suara adzan dari masjid lainnya seolah-olah bersautan. dan di langit tampak senja yang nampak memerah, burung burung mulai pulang kesarangnya dan menghiasi langit-langit sore itu.

Adzan sudah dikumandangkan dan Sholat maghribpunpun sudah di tunaikan. Arif pun sudah tidak sabar menunggu kakek yang sedang melaksanakan sholat sunah bakdiyah. Kakek itupun tak lepas dari sorotan mata Arif yang sedari tadi memperhatikan sholatnya, seolah olah mata Arif terhipnotis karena kagum dan takjub melihat kakek itu sholat. Dan setelah kakek menyelesaikan sholat dan doanya, kakek itupun menghampiri arif

“kamu masih menungguh kakek?”Tanya kakek.

“eh iya kek”jawab arif dengan mengaruk garuk rambutnya yang tidak gatal.

“Apa ada yang mau ditanyakan lagi, sama kakek?”Tanya kakek dengan senyum.

“Iya kek, soalnya kakek ramah dan enak untuk diajak ngobrol”jawab arif lugu

“Ah kamu bisah saja”

“Kek kalo boleh tau kakek lagi sedih ya kek? Atau lagi ada persoalan? Dan apa yang membuat kakek untuk ke sini?”Tanya arif membrondong.

“Baiklah”Jawab kakek sambil menepuk nepuk pundak Arif.”Sebelum kakek menjawab bolehkah kakek berkata dan bertanya dulu?”

“baiklah kek”jawab arif sambil menganggukkan kepala.

“Nak Arif menghaturkan salam pada kakek, kakekpun menjawab. Nak arif berusaha ingin mengetahui isi hati kakek, dan kakekpun ingin mengutarakan isi hati kakek, tapi apakah Nak Arif tidak Tanya siapa nama kakek?”

“Oh, iya nama kakek siapa?”

“Tidakkah Nak Arif Tanya, dari manahkah asal Kakek?”

“Oh, iya Kakek asalnya dari mana?”

“Tidakkah Nak Arif tanya siapakah kakek ini?”

“Oh, iya Kek”

“Tidakkah, tidakkah Nak Arif tanya dan Nak Arif tanya Kakek “Serta tanya Kakek dari huruf A sampai Z?”

“Ah Kakek jangan begitu, saya jadi malu”

“Ha ha ha ha Kakek cuman bercanda ko. Tapi baiklah sebelum Kakek jawab Kakek juga akan bertanya pada Nak Arif”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar